Friday, September 16, 2011

Menunggu Senja



siapa yang perduli
ketika senja telah memerah
hingga akhirnya perlahan-lahan sirna
menyimpan hari yang terlewati menjadi sebuah cerita



siapa yang perduli
ketika kaki yang tua dan renta
berjalan sendiri melewati sebidang sawah
menuju ke singgasana tempat tubuh melepas lelah..


dulu... dia muda dan gagah
dengan tangannya dia menggenggam dunia
dengan kakinya dia berlari
dengan senyumnya dia menepis panasnya mentari

tapi kini..
dia hanya menunggu senja
dengan perlahan dia mengayunkan tangan tuanya
dengan senyumnya dia menunggu senja memerah... dan akhirnya sirna
siapakah yang perduli?


"Rico Widiarno"

Di Tanah Negri Ini



di hamparan bumi yang luas
seakan kehidupan begitu buas
ketika langkah kian terhempas
mengapa seolah kami merasa tertindas

di hamparan bumi yang luas
ketika nafsu kian mengganas
bergejolak bagai larva yang panas
binatang buas yang tak pernah puas


wahai Tuhanku
di tanah negri ini kami tersedu
ketika sang penguasa kami tak tahu malu
berlomba-lomba mengejar sesuatu yang palsu
menutup mata hati demi sesuatu bagai debu
tak puas untuk di rengkuh, tak ingat apa itu tabu


Wahai Tuhanku
di mana kini rasa malu...
apakah telah menghilang dan menjadi masa lalu
apakah tak ada lagi kalbu
hingga kering dan terganti oleh batu


"Rico Widiarno"