Tuesday, November 2, 2010
defessus animae
ketika desingan semilir angin menyejukan hati-hati yang pedih
terngiang jeritan-jeritan kalbu
akan luka-luka yang lama dan terngangah...
ketika badai tak lagi menakutkan..
terik matahari tak lagi menghangatkan
dinginnya salju tak lagi menyejukkan
dan halilintar tak lagi menggetarkan
apa yang harus aku lakukan
apakah aku harus terdiam seribu bahasa
sedangkan beribu pertanyaan menghujam di dadaku
dan jiwaku... ya jiwaku telah pergi untuk sesuatu yang belum mati.
diriku diantara dataran tandus yang luas.
apa yang akan ku cari di daratan sepi?
hanya fotamorgana yang ada di hadapanku..
fatamorgana yang menggambarkan oase-oase palsu...
sedangkan waktu akan membunuhku..
bagai serigala-serigala lapar yang mengintai mangsanya
yang siap mengoyak-ngoyak sanubari yang hampa
tertawa-tawa atas hati yang gundah gulana...
aku berjalan di jalanan yang sangat panjang
tertatih-tatih..dengan letih
aku ingin berhenti...tapi suara-suara itu menyuruhku berlari
dan aku tersesat di persimpangan ini...
beri aku pedang....
pedang yang akan menebas semua keraguan..
pedang yang akan ku hujamkan pada musuh-musuh yang sunyi
yang membisikan keraguan-keraguan yang menyesatkan
beri aku harapan..
harapan yang memapahku menuju oase
oase yang menyelamatkanku dari sang waktu
menghenyakkan aku dari lamunan semu
Tuhan beri aku tanda yang akan menyelamatkanku dari persimpangan jalan.......
oleh: rico widiarno
Subscribe to:
Posts (Atom)